RAHASIA BEBAS DARI BELENGGU KERAKUSAN
RHEMA HARI INI
Kisah Para Rasul 20:35b Adalah lebih berbahagia memberi dari pada menerima.”
Di sebuah desa, hiduplah seorang petani yang memiliki lumbung penuh dengan hasil panen. Setiap kali panen, ia selalu menambah isinya karena takut kekurangan. Namun, suatu hari lumbung itu roboh karena terlalu berat, dan sebagian besar hasil panennya rusak. Saat itulah sang petani sadar bahwa menimbun tidak selalu membuat segalanya menjadi aman. Ia mulai membagikan sebagian hasil panennya kepada tetangga yang kekurangan, dan anehnya, hidupnya justru terasa lebih damai dan bahagia.
Banyak orang merasa senang ketika menerima sesuatu, baik itu hadiah, pujian, atau perhatian. Tidak sedikit yang mengukur kebahagiaan dari seberapa banyak mereka memperoleh sesuatu dari orang lain. Namun tanpa disadari, semakin banyak yang dimiliki, semakin kuat pula belenggu yang membuat hati sulit berbagi. Hari ini Tuhan mengingatkan kita bahwa “lebih berbahagia memberi daripada menerima.” Saat kita memberi, sebenarnya kita sedang menaklukkan hawa nafsu rakus yang ingin memiliki segalanya.
Oleh karena itu, marilah belajar memberi dengan sukacita. Memberi bukan berarti kehilangan, tetapi justru membebaskan hati dari belenggu kerakusan dan kekhawatiran. Saat kita memberi, kita sedang menabur dalam iman dan melatih roh agar tidak dikuasai oleh keinginan duniawi. Jadikan memberi sebagai latihan rohani yang menguatkan pengendalian diri, sebab di sanalah Tuhan menumbuhkan damai, sukacita, dan kebebasan bagi kita. Sesungguhnya kebahagiaan sejati bukanlah saat kita menumpuk untuk diri sendiri, tetapi ketika kita bisa menjadi saluran berkat bagi orang lain.
RENUNGAN:
Memberi bukan berarti KEHILANGAN, tapi MEMBEBASKAN diri dari BELENGGU KERAKUSAN.
APLIKASI
1. Apa yang biasanya membuat Anda sulit untuk memberi?
2. Dalam hal apa Anda bisa mulai berlatih memberi dengan sukacita minggu ini?
3. Bagaimana cara Anda menjadikan memberi sebagai latihan rohani yang menumbuhkan damai dan sukacita?
DOA UNTUK HARI INI
“Tuhan Yesus, terima kasih untuk berkat yang selalu Kau berikan untuk kami. Ajarilah kami untuk selalu memiliki kerelaan hati dalam memberi dan hindarkanlah kami dari belenggu kerakusan dalam hidup ini. Di dalam nama Tuhan Yesus kami berdoa. Amin.”
BACAAN ALKITAB SETAHUN
2 Samuel 1-2; Lukas 14:1-24
ROH YANG KUAT KARENA TERLATIH
RHEMA HARI INI
1 Timotius 4:7b “Latihlah dirimu beribadah.”
James Hudson Taylor lahir di Barnsley, Inggris, dalam keluarga Kristen yang saleh. Sejak kecil, ia sudah mendengar tentang kebutuhan besar akan Injil di negeri Tiongkok. Iman dan karakternya dibentuk melalui latihan dan disiplin pribadi yang konsisten, hingga ia tumbuh menjadi salah satu misionaris terbesar dalam sejarah. Taylor melatih dirinya dengan hidup sederhana. Ia tinggal di kamar sempit di London, makan seadanya, dan menolak kemewahan. Bahkan ketika dokter tempat ia bekerja lupa membayar upahnya, Taylor tidak menagih. Ia hanya berdoa, dan malam itu seseorang datang membawa uang tepat sejumlah yang ia butuhkan. Saat akhirnya diutus ke Tiongkok, ia sudah memiliki roh yang kuat dan hati yang tenang. Hudson Taylor dikenal bukan hanya karena pelayanannya yang besar, tetapi karena kedisiplinan rohaninya dan imannya yang murni. Ia pernah berkata, “Tuhan yang memanggil, pasti juga menyediakan.”
Kisah hidup Taylor menunjukkan bahwa kekuatan rohani tidak dibangun dalam kenyamanan, tetapi melalui latihan dan kesetiaan dalam hal-hal kecil. Seperti tubuh yang menjadi kuat karena latihan, demikian pula roh kita perlu dilatih agar mampu menghadapi berbagai godaan hidup. Salah satu godaan terbesar manusia adalah kerakusan—keinginan untuk selalu memiliki lebih dan tidak pernah puas. Kerakusan dapat mengubah berkat menjadi kutuk karena menutup hati dari rasa syukur. Tuhan ingin kita memiliki hati yang cukup. Rasa cukup bukan berarti malas atau berhenti berjuang, melainkan hidup dengan hati yang tenang, bersyukur, dan tidak dikuasai keinginan dunia. Roh yang terlatih tahu kapan harus berkata cukup dan kapan harus terus melangkah.
Karena itu, marilah kita juga melatih roh kita setiap hari. Mulailah dengan setia berdoa, berpuasa, menabur, dan memberi persepuluhan dengan hati yang tulus. Latihan-latihan sederhana ini akan menumbuhkan iman, menundukkan keinginan daging, dan menjadikan kita kuat menghadapi godaan dunia. Saat kita hidup dalam ketaatan dan disiplin rohani, kita akan semakin dikuatkan untuk berjalan dalam damai dan bersyukur dalam segala keadaan.
RENUNGAN:
TUBUH YANG DILATIH menjadi kuat; demikian juga ROH YANG DILATIH dalam disiplin akan menang atas godaan.
APLIKASI
1. Bidang apa dalam hidup Anda yang paling membutuhkan latihan rohani saat ini?
2. Latihan rohani apa yang paling sulit Anda lakukan, dan mengapa?
3. Langkah kecil apa yang dapat Anda mulai hari ini untuk menumbuhkan kedisiplinan rohani?
DOA UNTUK HARI INI
“Tuhan, kami mau melatih diri kami dalam hal-hal rohani. Ajarlah kami untuk hidup disiplin, tidak dikuasai oleh keinginan daging, tetapi dikuatkan oleh Roh-Mu. Jadikan kami pribadi yang teguh, bersyukur, dan setia dalam setiap latihan iman. Di dalam nama Yesus, kami berdoa. Amin.”
BACAAN ALKITAB SETAHUN
1 Samuel 30-31; Lukas 13:23-35
BELAJAR MERASA CUKUP
RHEMA HARI INI
Filipi 4:11 “Kukatakan ini bukanlah karena kekurangan, sebab aku telah belajar mencukupkan diri dalam segala keadaan.”
Jose Mujica, presiden Uruguay (2010–2015), dikenal sebagai pemimpin yang hidup sangat sederhana. Meski menjadi tokoh ternama di Amerika Latin dan dunia, ia menolak tinggal di istana presiden yang mewah. Mujica memilih tetap tinggal di rumah kecil di pinggiran Montevideo bersama istrinya, tanpa pembantu dan dengan pengamanan minimal. Ia percaya bahwa kebahagiaan tidak ditentukan oleh banyaknya harta, tetapi oleh hati yang merasa cukup. Mujica tetap mengendarai mobil VW Beetle tuanya dan menyumbangkan 90% dari gajinya untuk amal. Media internasional menjulukinya “Presiden Termiskin di Dunia.” Namun Mujica menjawab dengan tenang, “Mereka bilang saya presiden termiskin. Tidak. Yang miskin adalah mereka yang selalu menginginkan lebih, karena mereka terjebak dalam perlombaan yang tak ada akhirnya.”
Contoh hidup Mujica menunjukkan bahwa kesederhanaan bukanlah tanda kelemahan, melainkan kekuatan hati yang bebas dari keinginan duniawi. Prinsip ini sejalan dengan nilai-nilai rohani yang menekankan pentingnya hidup dalam rasa cukup dan damai. Ketika seseorang mampu mengendalikan keinginan dan tidak dikuasai oleh harta atau ambisi, di sanalah kebahagiaan sejati mulai tumbuh — bukan karena berlimpahnya materi, tetapi karena hati yang tenang dan penuh syukur. Rasul Paulus juga menemukan rahasia yang sama: sumber kebahagiaan sejati bukan berasal dari luar diri, melainkan dari dalam, yaitu saat hati kita belajar mencukupkan diri dalam segala keadaan.
Sebagai anak Tuhan, kita memang dipanggil untuk punya visi besar dan berjuang mencapai yang terbaik. Tapi jangan sampai ambisi itu membuat kita kehilangan damai. Bersyukurlah atas apa yang sudah kita capai hari ini, sambil tetap melangkah dengan iman. Kejar impian kita setinggi langit, tapi jangan lupa: kebahagiaan sejati bukan tentang sampai di puncak, melainkan tentang menemukan rasa cukup di setiap langkah perjalanan. (CG)
RENUNGAN:
Rahasia KEBAHAGIAAN SEJATI bukan ada pada kepemilikan, tapi pada HATI YANG MERASA CUKUP.
APLIKASI
1. Dalam hal apa Anda sering merasa belum cukup, meski sebenarnya sudah memiliki banyak hal?
2. Apakah firman Tuhan untuk belajar memiliki hati yang MERASA CUKUP akan membuat Anda memiliki pandangan berbeda tentang arti bahagia?
3. Bagaimana Anda dapat belajar bersyukur atas pencapaian yang sudah Tuhan berikan hari ini?
DOA UNTUK HARI INI
“Tuhan, ajarlah kami untuk belajar mencukupkan diri dalam segala keadaan. Kami mau bersyukur atas setiap berkat dan kesempatan yang sudah Engkau berikan. Tolong kami agar tidak terjebak dalam keinginan yang tak berujung, tetapi menemukan sukacita sejati di dalam Engkau. Di dalam nama Tuhan Yesus, kami berdoa. Amin."
BACAAN ALKITAB SETAHUN
1 Samuel 27-29; Lukas 13:1-22
KEBAHAGIAAN DARI RASA CUKUP
RHEMA HARI INI
1 Timotius 6:6 “Memang ibadah itu kalau disertai rasa cukup, memberi keuntungan besar.
Warren Buffett, salah satu orang terkaya di dunia, dikenal bukan karena gaya hidup mewahnya, tetapi justru karena kesederhanaannya. Ia masih tinggal di rumah yang sama yang dibelinya tahun 1958 dan menjalani hidup yang jauh dari citra miliarder glamor. Dalam salah satu wawancaranya, ia berkata bahwa orang yang paling bahagia bukanlah yang memiliki segalanya, tetapi yang tahu menghargai apa yang sudah dimilikinya. Buffett membuktikan bahwa kebahagiaan sejati bukan terletak pada berapa banyak yang kita punya, melainkan pada kemampuan kita untuk merasa cukup.
Teladan hidupnya seolah menggemakan pesan yang juga disampaikan oleh Rasul Paulus kepada Timotius. Paulus menegaskan bahwa ibadah yang sejati akan membawa keuntungan besar bila disertai rasa cukup. Artinya, hidup yang berpusat pada Tuhan tidak diukur dari berapa banyak kekayaan, kesuksesan, atau prestasi yang kita miliki, tetapi dari seberapa dalam kita dapat bersyukur atas setiap berkat kecil yang Tuhan percayakan. Kerakusan sering kali membuat berkat berubah menjadi bencana, ketika hati tidak pernah puas, maka damai sejahtera pun sirna. Tetapi hati yang penuh ucapan syukur membuat hidup menjadi ringan dan sukacita melimpah, karena tahu bahwa Tuhan selalu mencukupkan.
Marilah kita belajar dari teladan hidup sederhana Warren Buffett dan kebenaran firman Tuhan hari ini. Rasa cukup bukan tanda kekurangan, tetapi bukti kepercayaan penuh kepada Allah. Ketika kita berhenti mengejar apa yang tidak perlu dan mulai mensyukuri apa yang sudah ada, maka hati kita akan penuh damai, dan berkat Tuhan akan terus mengalir tanpa henti. Di tengah dunia yang terus mendorong kita untuk memiliki lebih banyak, Tuhan justru mengundang kita untuk menemukan kebahagiaan dalam rasa cukup.(AO)
RENUNGAN:
Kerakusan membuat BERKAT berubah menjadi BENCANA; rasa CUKUP membuat hidup dipenuhi DAMAI SEJAHTERA.
APLIKASI
1. Dalam hal apa Anda paling sering merasa tidak cukup atau tidak puas?
2. Bagaimana cara Anda belajar bersyukur atas hal-hal sederhana yang Tuhan beri setiap hari?
3. Apa langkah kecil yang bisa Anda ambil minggu ini untuk hidup lebih sederhana dan berfokus pada Tuhan?
DOA UNTUK HARI INI
“Tuhan Yesus yang baik, terima kasih untuk setiap berkat yang telah Kau percayakan dalam hidup kami. Ajar kami untuk hidup dengan rasa cukup dan hati yang bersyukur. Biarlah kehidupan kami mencerminkan damai sejahtera yang berasal dari-Mu, bukan dari harta dunia. Di dalam nama Tuhan Yesus, kami berdoa. Amin.”
BACAAN ALKITAB SETAHUN
1 Samuel 25-26; Lukas 12:32-59
KUASAI HATI JAGA ANUGERAH
RHEMA HARI INI
Amsal 25:28 “Orang yang tak dapat mengendalikan diri adalah seperti kota yang roboh temboknya.”
Hati adalah pusat kehidupan manusia. Dari sanalah muncul niat, motivasi, dan keputusan. Tetapi apa yang terjadi ketika hati tidak mampu dikendalikan? Firman hari ini menegaskan: kehilangan pengendalian diri sama seperti kota tanpa tembok, rapuh dan mudah diserang. Orang yang mampu menguasai diri tidak mudah dikuasai oleh amarah, hawa nafsu, iri hati, atau kepahitan. Sebaliknya, ketika seseorang gagal menahan diri, baik dalam emosi, perkataan, maupun tindakan, ia bisa kehilangan berkat, kepercayaan, bahkan kesempatan yang telah Tuhan sediakan.
Contoh nyata tentang pentingnya penguasaan diri dapat kita temukan dalam kisah Saul dan Daud. Saul dan Daud sama-sama dipilih dan diurapi Tuhan melalui nabi Samuel. Namun akhir hidup mereka sangat berbeda. Ketika ketakutan menguasai Saul, ia tidak sabar menunggu Samuel dan mempersembahkan korban sendiri. Tindakannya itu membuat Saul kehilangan kepercayaan Tuhan dan kehormatan sebagai raja. Sebaliknya, Daud justru menahan diri ketika memiliki kesempatan membunuh Saul di gua En-Gedi dan padang Zif. Ia memilih menghormati orang yang diurapi Tuhan, sekalipun sedang dikejar untuk dibunuh. Karena penguasaan diri itu, Daud dihormati rakyatnya dan menjadi raja yang berkenan di hati Tuhan.
Kemampuan menahan diri bukanlah hasil kekuatan manusia, melainkan tanda bahwa hati kita dijaga oleh Tuhan. Ketika kita mampu menguasai diri, kita sedang membangun tembok perlindungan di sekitar hati kita, seperti kota yang berdiri kokoh. Itulah hidup yang kuat di dalam Tuhan, hidup yang tidak mudah dirobohkan oleh emosi atau tekanan. Sebab orang yang mampu menguasai diri tidak akan menjadi “kota yang roboh temboknya,” melainkan benteng yang dijaga oleh damai dan kasih Tuhan. (BS)
RENUNGAN:
Anugerah hilang ketika GAGAL MENAHAN DIRI, kehormatan datang ketika BERHASIL MENGUASAI HATI.
APLIKASI
1. Bagaimana perjuangan Anda dalam menguasai diri sendiri?
2. Dalam hal apa Anda paling sering kehilangan pengendalian diri?
3. Langkah apa yang bisa Anda ambil agar lebih peka pada suara Roh Kudus sebelum bereaksi?
DOA UNTUK HARI INI
“Bapa kami bersyukur atas rhema hari ini. Ajarlah kami menguasai hati dan keinginan kami agar selalu tunduk pada firman-Mu. Biarlah Roh Kudus memimpin setiap langkah kami, sehingga kami dapat memuliakan-Mu dan mengalami anugerah serta kehormatan-Mu. Di dalam nama Tuhan Yesus kami berdoa. Amin “
BACAAN ALKITAB SETAHUN
1 Samuel 22-24; Lukas 12:1-31
MENGUASAI DIRI SENDIRI
RHEMA HARI INI
Amsal 16:32 “Orang yang sabar melebihi seorang pahlawan, orang yang menguasai dirinya melebihi orang yang merebut kota.”
Beberapa tahun lalu, Rina bekerja di sebuah perusahaan dengan tekanan tinggi. Setiap hari ia harus berhadapan dengan rekan kerja yang beragam, ada yang menyenangkan, ada juga yang sulit diajak bekerja sama. Suatu hari, seorang rekan menuduh Rina melakukan kesalahan yang bukan tanggung jawabnya. Di depan banyak orang, ia berbicara dengan nada tinggi dan menyinggung harga diri Rina. Hati Rina panas, ia ingin segera membalas dan membela diri. Namun di tengah amarah yang membara, tiba-tiba terlintas satu ayat: “Orang yang sabar melebihi seorang pahlawan, orang yang menguasai dirinya melebihi orang yang merebut kota.” — Amsal 16:32
Ayat itu seperti menegur dan menenangkan hatinya. Rina memilih diam dan menyerahkan semuanya kepada Tuhan. Malam harinya, ia berdoa memohon agar hatinya tetap tenang dan bijak. Beberapa hari kemudian, kebenaran terungkap, rekan kerjanya mengakui kesalahan dan meminta maaf. Saat itulah Rina sadar, kemenangan sejati bukan ketika ia berhasil membuktikan diri, tetapi ketika ia berhasil menaklukkan amarahnya sendiri.
Menjadi kuat bukan berarti mampu mengendalikan orang lain, melainkan mampu mengendalikan diri sendiri. Tuhan ingin kita menjadi pribadi yang tenang, sabar, dan penuh kasih di tengah tekanan. Itulah kekuatan sejati yang memuliakan-Nya. Sebab ketika kita mampu menahan diri di saat marah, kita sedang memberi ruang bagi Roh Kudus untuk bekerja membentuk karakter Kristus di dalam kita. Di sanalah kita menemukan kedamaian yang tidak bergantung pada situasi, melainkan bersumber dari hati yang dikuasai oleh Tuhan. (AM)
RENUNGAN:
Orang yang kuat bukan yang bisa MENGUASAI ORANG LAIN, melainkan yang mampu MENGUASAI DIRINYA SENDIRI.
APLIKASI
1. Kapan terakhir kali Anda kehilangan kendali atas emosi atau perkataan Anda? Apa dampaknya bagi diri Anda dan orang lain?
2. Apa yang biasanya membuat Anda sulit menguasai diri?
3. Langkah apa yang bisa Anda ambil agar lebih sabar dan bijak menghadapi tekanan?
DOA UNTUK HARI INI
“Tuhan, tolong kami belajar sabar dan tidak dikuasai oleh emosi. Jadikan hati kami tenang, supaya setiap tindakan kami memuliakan-Mu dan membawa damai bagi sekeliling kami. Di dalam nama Tuhan Yesus, kami berdoa. Amin.”
BACAAN ALKITAB SETAHUN
1 Samuel 19-21; Lukas 11:29-54
Categories
Latest Posts